Dense Wavelength Division
Multiplexing (DWDM)
Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM)
merupakan teknologi terbaru dalam telekomunikasi dengan media kabel serat
optik. Dimana Dense Wavelength
Division Multiplexing (DWDM) merupakan suatu metode penggabungan
sinyal-sinyal optik dengan panjang gelombang operasi yang berbeda-beda yang
ditransmisikan kedalam sebuah serat optik tunggal dengan memperkecil spasi
antar kanal sehingga terjadi peningkatan jumlah kanal yang mampu dimultipleks.
Teknologi DWDM adalah teknologi dengan memanfaatkan sistem SDH (Synchoronous
Digital Hierarchy) yang sudah ada (solusi terintegrasi) dengan
memultiplekskan sumber-sumber sinyal yang ada. Menurut definisi, teknologi DWDM
dinyatakan sebagai suatu teknologi jaringan transport yang memiliki
kemampuan untuk membawa sejumlah panjang gelombang (4, 8, 16, 32, dan
seterusnya) dalam satu fiber tunggal. Artinya, pabila dalam satu fiber itu
dipakai empat gelombang, maka kecepatan transmisinya menjadi 4x10 Gbs
(kecepatan awal dengan menggunakan teknologi SDH).
Inti perbaikan dari DWDM ini terdapat pada infrastruktur yang
digunakan, seperti jenis laser dan penguat. Perbaikan teknologi ini dipicu
dengan adanya perkembangan teknologi fotonik, seperti penemuan EDFA (Erbium
Doped Fiber Amplifier) sebagai penguat optis, dan laser dengan presisi yang
lebih tinggi. Penemuan EDFA memungkinkan DWDM beroperasi pada daerah 1550 nm
yang memiliki attenuasi rendah. Secara sederhana sebuah jaringan yang
menggunakan DWDM dapat dilihat pada Gambar :
1. Konsep Dasar DWDM
Masukan sistem DWDM berupa trafik yang memiliki format data dan
laju bit yang berbeda dihubungkan dengan laser DWDM. Laser tersebut akan
mengubah masing-masing sinyal informasi dan memancarkan dalam panjang gelombang
yang berbeda-beda λ1, λ2, λ3,………, λN. Kemudian masing-masing panjang gelombang tersebut dimasukkan
kedalam MUX (multiplexer), dan keluaran disuntikkan kedalam sehelai
serat optik. Selanjutnya keluaran MUX ini akan ditransmisikan sepanjang
jaringan serat. Untuk mengantisipasi pelemahan sinyal, maka diperlukan
penguatan sinyal sepanjang jalur transmisi. Sebelum ditransmisikan sinyal ini
diperkuat terlebih dahulu dengan menggunakan penguat akhir (post amplifier)
untuk mencapai tingkat daya sinyal yang cukup. ILA (in line amplifier)
digunakan untuk menguatkan sinyal sepanjang saluran transmisi. Sedangkan
penguat awal (pre-amplifier) digunakan untuk menguatkan sinyal sebelum
dideteksi. DEMUX (demultiplexer) digunakan pada ujung penerima untuk
memisahkan antar panjang gelombang yang selanjutnya akan dideteksi menggunakan photodetector[7].
Multiplexing serentak kanal masukan dan demultiplexing kanal
keluaran dapat dilakukan oleh komponen yang sama, yaitu multiplexer/demultiplexer.
2. Spasi
Kanal
Spasi kanal merupakan jarak minimum antar panjang gelombang agar
tidak terjadi interferensi. Standarisasi spasi perlu dilakukan agar sistem DWDM
dari berbagai vendor yang berbeda dapat saling berkomunikasi. Jika panjang
gelombang operasi berbanding terbalik dengan frekuensi, hubungan bedanya dikenal
dalam panjang gelombang masing-masing sinyal. Faktor yang mengendalikan besar
spasi kanal adalah bandwidth pada penguat optik dan kemampuan penerima
mengidentifikasi dua set panjang gelombang yang lebih rendah dalam spasi kanal.
Kedua faktor itulah yang membatasi jumlah panjang gelombang yang melewati
penguat. Saat ini terdapat dua pilihan untuk melakukan standarisasi kanal,
yaitu menggunakan spasi lamda atau spasi frekuensi. Hubungan antara spasi lamda
dan spasi frekuensi adalah:
dimana :
Δf
= spasi frekuensi (GHz)
Δ λ = spasi lamda (nm)
λ = panjang gelombang daerah operasi (nm)
c = 3x108 m/s
Konversi spasi lamda ke
spasi frekuensi (dan sebaliknya) akan menghasilkan nilai yang kurang presisi,
sehingga sistem DWDM dengan satuan yang berbeda akan mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi. ITU-T kemudian menggunakan spasi frekuensi sebagai standar
penentuan spasi kanal.
3.
Kelebihan Teknologi DWDM
Secara umum keunggulan
teknologi DWDM adalah sebagai berikut[7]:
1.
Tepat untuk diimplementasikan pada jaringan telekomunikasi jarak jauh (long
haul) baik untuk sistem point-to-point maupun ring topology.
2.
Lebih fleksibel untuk mengantisipasi pertumbuhan trafik yang tidak terprediksi.
3.
Transparan terhadap berbagai terhadap berbagai trafik. Kanal informasi
masing-masing panjang gelombang dapat digunakan untuk melewatkan trafik dengan
format data dan laju bit yang berbeda. Ketransparanan sistem DWDM dan kemampuan
add/drop akan memudahkan penyedia layanan untuk melakukan penambahan dan
atau pemisahan trafik.
4. Tepat untuk diterapkan
pada daerah dengan perkembangan kebutuhan bandwidth sangat cepat.
Perbandingan teknologi
serat optik konvensional dan teknologi DWDM adalah sebagai berikut.
1. Kapasitas
serat optik yang dipakai lebih optimal. DWDM dapat mengakomodir banyak cahaya
dengan panjang gelombang yang berbeda dalam sehelai serat optik, sedangkan
teknologi serat optik konvensional hanya dapat mentransmisikan satu panjang
gelombang dalam sehelai serat optik.
2. 2.
Instalasi jaringan lebih sederhana. Penambahan kapasitas jaringan pada
teknologi serat optik konvensional dilakukan dengan memasang kabel serat optik
baru, sedangkan pada DWDM cukup dilakukan dengan penambahan beberapa panjang
gelombang baru tanpa harus melakukan perubahan fisik jaringan.
3. 3.
Penggunaan penguat lebih efisien. DWDM menggunakan penguat optik yang dapat
menguatkan beberapa panjang gelombang sekaligus dengan interval penguatan yang
lebih jauh, sehingga penguat optik yang digunakan pada DWDM lebih sedikit
dibandingkan dengan teknolog serat optik konvensional. Penguat optik yang
digunakan dalam teknologi DWDM adalah EDFA. EDFA (Erbium Doped Fiber
Amplifier) merupakan serat optik dari bahan silica (SiO2) dengan intinya (core)
telah dikotori dengan bahan Erbium (Er3+), termasuk ke dalam golongan Rare-Earth
Doped Fiber Amplifier.
Berikut ini beberapa
keunggulan yang dimiliki oleh EDFA, sehingga dapat mendukung teknologi DWDM:
a.
Faktor peroleh EDFA sangat tinggi EDFA pada tahap eksperimen
memiliki gain sebesar 40 dB. Sedangkan perangkat EDFA komersil mempunyai
gain 20-30 dB dengan memompa energi sebesar 10 mW.
b.
b. Bandwidth lebar
Ion
Erbium melepaskan foton dengan interval panjang gelombang 1530-1560 nm atau
sama dengan bandwidth sebesar 3 THz. Pada interval tersebut redaman yang
terjadi pada serat optik hanya berkisar 0.2 dB/km[7], sehingga EDFA dapat
memperkuat puluhan sinyal dengan panjang gelombang yang berbeda secara
bersamaan.
c.
Noise Figure EDFA
kecil
Noise
Figure merupakan perbandingan antara S/Nin dengan S/Nout, sehingga
untuk tansmisi jarak jauh akan menghasilkan akumulasi derau optik, namun dengan
adanya tapis optik pada perangkat EDFA maka noise figure yang muncul
sangat kecil.
d.
Daya output yang besar
Daya
output pada EDFA meningkat seiring dengan meningkatnya daya diode laser
(optical pump).
e.
Kemudahan instalasi
EDFA
mudah diinstalasi karena EDFA juga berbentuk serat.
4. Biaya
pemasangan, pemeliharaan dan pengembangan lebih efisien. Hal ini akibat
arsitektur jaringan DWDM lebih sederhana dibandingkan arsitektur jaringan serat
optik konvensional.
4. Elemem Jaringan DWDM
a.
Dalam aplikasi DWDM terdapat beberapa elemen yang memiliki
spesifikasi khusus disesuaikan dengan kebutuhan sistem. Elemen tersebut
adalah :
1. Wavelength
Multiplexer/Demultiplexer
Wavelength
Multiplexer berfungsi untuk memultiplikasi kanal-kanal panjang gelombang
optik yang akan ditransmisikan dalam serat optik. Sedangkan wavelength
demultiplexer berfungsi untuk mendemultiplikasi kembali kanal panjang
gelombang yang ditransmisikan menjadi kanal kanal panjang gelombang menjadi
seperti semula.
2. Optical Add/Drop
Multiplexer (OADM)
Diantara
titik multiplexing dan demultiplexing dalam sistem DWDM merupakan
daerah dimana berbagai macam panjang gelombang berada, pada beberapa titik
sepanjang span ini sering diinginkan untuk dihilangkan atau ditambah
dengan satu atau lebih panjang gelombang. OADM (Optical Add/Drop
Multiplexer) inilah yang digunakan untuk melewatkan sinyal dan melakukan
fungsi add and drop yang bekerja pada level optik.
3. Optical Cross Connect (OXC)
Perangkan
OXC (Optical Cross Connect) ini melakukan proses switching tanpa
terlebih dahulu melakukan proses konversi OEO (Optik-elektrooptik) dan
berfungsi untuk merutekan kanal panjang gelombang. OXC ini berukuran NxN dan
biasa digunakan dalam konfigurasi jaringan ring yang memiliki banyak
node terminal.
4. Optical Amplifier Unit (OAU)
Merupakan
penguat optik yang bekerja dilevel optik, yang dapat berfungsi sebagai pre-amplifier,
in line-amplifier dan post-amplifier.
5.
Konfigurasi Sistem
DWDM
Menurut
konfigurasinya sistem DWDM dibagi menjadi 2 (dua)[8] :
1.
Sistem DWDM satu
arah (one way transmission), pada sistem ini dalam satu serat dapat
terjadi beberapa transmisi dengan arah yang sama secara simultan seperti Gambar berikut ini :
2.
Sistem DWDM dua arah (two way transmission),
dimana dalam sebuah serat terjadi dua transmisi dengan arah yang berlawanan
secara simultan seperti ditunjukkan pada Gambar . Dimana pada serat
terjadi pengiriman informasi dari DWDM 1 ke DWDM 2 dengan panjang gelombang λ1 dan pada saat yang
bersamaan ditransmisikan informasi dari DWDM 2 ke DWDM 1 dengan panjang
gelombang λ2.
6.
Sumber Laser DWDM
dan Detektor DWDM
Salah satu contoh sumber laser yang digunakan dalam sistem DWD
adalah
Distribution Feedback (DFB) laser. DFB memiliki kelebihan mampu
mengakses semua bandwidth optik pada jendela transmisi 1550 nm, yang
memiliki daya output sampai 25 mW (tunable) dari 1530-1563 nm.
APD (Avanlanche Photo Dioda) adalah salah satu jenis detector yang
digunakan dalam DWDM, yang memiliki sensitivitas penerimaan yang besar dan
akurat.
sumber : Diktat Perkuliahan USU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar